Kamis, 23 Februari 2012

Jalan Tak Terduga

SEDIKITPUN tak menduga bila iseng yang dikerjakannya kini justru menjadi sumber pendapatan dalam hidupnya. Bebatuan karang yang berserakan di pantai, disulap menjadi kerajinan tangan, bahkan banyak diburu pembeli dari Jakarta tiap mudik lebaran.
 Bari Wahyuni (42) warga RT 5/RW 2 Desa Binangun Kec.Lasem, sedikitpun tak mengira bila dari rasa iseng menatah dan memahat batu karang yang berserakan di bibir pantai belakang warung makan miliknya, dibentuk menjadi aneka patung dan asbak berbagai bentuk, suatu saat justru memberikan berkah. Kini telah ratusan hasil sentuhan seni dua tangan dan daya imajinasi dan kreasi, menghuni rumah-rumah elit.
Lelaki kurus berwajah tirus dan berkaca mata itu menceritakan, usaha mencipta kerajinan tangan batu karang dia tekuni semenjak tahun 2007 lalu. memiliki  Bermodal awal uang Rp 390 ribu untuk membeli peralatan tatah, ukir dan lainnya, berkat kegigihan dan keseriusannya dalam beruasaha dia kini bisa meraup keuntungan bersih setiap bulan sekira Rp 1 juta. “Selain untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sebagian saya tabung untuk membiayaai sekolah tiga anak yang kini belajar di tingkat SLTA,” ujarnya
Bari menuturkan hasil produk berbentuk asbak dan aneka patung pahatan, langsung diambil pembeli dari Bali dan lokal. Tak jarang pelancong yang melintas di Rembang, meluangkan waktu melihat-lihat dan ketika ada yang menaruh perhatian, langsung diborong. “Harga kerajinan batu karang bervariasi, tergantung dari pahatanya. Bentuk sederhana berkisar Rp 35 ribu, sedang bentuk patung atau lampu kamar mencapai Rp 150 ribu,” paparnya.
Dia ingin mendapat bantuan modal untuk mengembangkan usahanya, mampu menembus pasar nasional bahkan internasional, sembari menambahkan, berharap pemerintah melanjutkan pembangunan kawasan wisata BBS. Agar dirinya dan para perajin asal Lasem lainnya bisa memanfaatkan dengan membuka stand pemasaran. “Kita juga harapkan pemerintah melalui Program KUR (Kredit Usaha Rakyat) mengucurkan bantuan permodalan untuk perajin kelas rumahan,” imbuhnya.
Sementara Sumartini-istri Bari yang berprofesi penjual mie rebus dan makanan ringan di kawasan wisata  Bonang – Binangun - Sluke (BBS), juga ikut membantu memasarkan hasil karya suaminya. Dia memajang meja di samping warung, untuk menarik minat calon pembeli. “Tak hanya pengunjung dari luar kota saja, terkadang warga setempat yang berwisata di BBS juga tertarik membeli,” sergahnya.
Sedangkan tiga anak pasangan pasutri itu sepulang  sekolah biasanya juga membantu, mencoba menawarkan kepada pengguna jalan yang melintas di sekitar warung orang tuanya yang berada dipinggir jalur pantura Lasem.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Coupons